Senin, 04 Juni 2012

Ujian Nasional



                Sinar mentari tengah naik dari ufuk timur. Burung-burung sudah berkicauan menyambut datangnya pagi. Orang-orang mulai sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Begitupun denganku.
            Hari ini adalah hari yang sangat penting bagiku. Mengingat, aku adalah siswa kelas 3 SMP yang  tengah menghadapi Ujian Nasional. Dengan penuh semangat, aku mengkayuh sepeda kesayanganku ke sekolah  dengan diiringi semilir angin pagi yang sangat sejuk.
            Namun ditengah perjalanan,  ada sebuah mobil melaju dengan kecepatan yang berlawanan menghampiriku. Aku berusaha menghindarinya. Tapi.......... ciiiiiiiiiiiiiit ciiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit brak! Aku terjatuh dari sepedaku. Tergeletak tak berdaya di atas jalanan yang berlumuran darah dari kakiku. Perlahan orang-orang mendekat ke arahku dengan memanggil-manggil namaku tuk bangun. Tetapi, perlahan-lahan pandanganku mulai pudar dan akhirnya aku mulai menutup mataku yang semakin berat.
            Terdengar suara tangisan seseorang yang tak asing lagi di telingaku. Aku penasaran dengannya. Perlahan-lahan aku membuka mata, tampak ada sinar lampu di depanku. “hiks.. hiks hiks” seseorang tengah menundukkan kepalanya di sampingku dengan tangisan histerisnya. Kualihkan pandanganku ke arahnya, “mama” ucapku lirih. Seketika ia berhenti menangis dan mengangkat kepalanya. “sari..” ujar mama yang masih terkejut dengan kesadaranku dan langsung memelukku. “sari... kau tak apa?” tanyanya sembari melepas pelukkannya “apakah masih sakit?” lanjutnya “sari baik-baik saja,ma” jelasku “tapi... kenapa sari bisa ada di sini?” tanyaku yang tak ingat dengan kejadian yang kualami sebelumnya “kau tadi mengalami kecelakaan, nak” jawab mama yang mulai menghapus air mata di pipinya. “kecelakaan?” ucapku tak percaya “iya, sewaktu kau berangkat ada sebuah mobil yang melaju dengan kencang dan kau tak bisa menghindarinya hingga akhirnya mobil itu menabrakmu.” Jelas mama dengan sedih. Aku berusaha mengingatnya, “lalu? Bagaimana dengan ujianku hari ini?” tanyaku tiba-tiba “tak usah pikirkan ujianmu. Ibu sudah bilang ke kepala sekolah bahwa hari ini kau tak bisa mengikuti ujian hari ini karena kecelakaan yang kau alami.” Lanjutnya “tidak! Aku harus mengikuti ujianku hari ini” ujarku yang keras kepala. Kubuka selimut yang menutupi kakiku. “perban?” gumanku lirih dan terkejut dengan keadaan kakiku yang sekarang. Ibuku hanya menatapku dengan pasrah dan “kakimu patah, sar” ucapnya lirih dan menundukkan kepalanya, tak kuasa melihat aku harus mengalaminya dan mulai menangis kembali. Aku mulai terisak di atas ranjang namun ku tahan dengan sekuat-kuatnya. Ku tatap jam yang ada dinding rumah sakit. 07.00 “aku masih punya waktu” ucapku dalam hati. Ku ambil tongkat penyangga di dekatku dan mulai berjalan meninggalkan kamarku. Tiba-tiba seseorang menahanku dari belakang “tidak sari! Kau harus tetap di sini” cegahnya “Tidak, ma. Aku tak ingin melewatkan ujianku hari ini dan hari-hari yang sangat menegangkan bersama teman-temanku. Aku ingin mengalaminya bersama teman-temanku” jelasku tak mau kalah. “tapi,sari. Kondisimu masih tak baik” “sari baik-baik saja, mama. percayalah pada sari.” Pintaku dengan perkataan yang menyakinkan. Ibuku menghela nafas “hmmmmmm baiklah kalau begitu, mama akan antar kamu. Mama tak ingin hari ini terulang lagi. Cukuplah ayahmu saja yang mengalaminya” ujar mama pada akhirnya. Kami pun berangkat bersama ke sekolah.
            Sesampai di sekolah, ibuku membantuku berjalan sampai di ruang ujian. Begitu sampai di pintu, tok tok tok, semua temanku menghentikan aktivitasnya dan memperhatikan penampilanku. Ibuku mendudukiku di meja ujianku. “jika kau pulang pakailah becak. Mengerti?” pinta mama “ya, aku tau. Terima kasih, ma” jawabku dengan tersenyum manis. Ibuku pun pergi meninggalkanku di ruang ujian bersama teman-temanku. Kini tinggal aku dan soal yang ada di depan mataku. Aku berusaha mengerjakannya dengan semaksimal mungkin. Suasana kembali tegang dan tenang, hanya terdengar suara kicauan burung bersiul-siul di luar kelas.
TEEEEET TEEEEEEEEET
Bunyi bel menghentikan aktivitasku.
“ya, selesai. Letakkan lembar jawab di meja masing-masing dan bawa soal ke meja pengawas!” perintah salah satu pengawas. Kami pun berdiri dari tempat duduk kami dan membawa soal ke meja pengawas. “sari...” panggil kedua sahabatku dari belakangku. “kau mau pulang, kan?” tanya putri dengan riang “tidak, aku mau menginap di sekolah koq” jawabku dengan datar “ah, kau ini” kesal mei “Ayo pulang!” ajak putri yang membangunkanku dari tempat dudukku. Mereka membantuku berjalan ke depan gerbang.  “terima kasih, sobat” ucapku yang terharu dengan perhatian mereka. “sama-sama” balas mei sembari tersenyum senang.

 Bagaiman readers? Bagus, tidak? Mohon tinggalkan saran dan kritikannya... :D
Terima Kasih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar